KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Tuhan dalam bahasa Arab disebut illah yang berarti “ ma’bud” (yang disembah). Perkataan ilah yang diterjemahkan sebagai “ tuhan” dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang digunakan untuk menyebut pribadi atau tunggal ( mufrad), ganda (mutsanna), atau banyak ( jama’).
Berdasarkan konsep islam tuhan adalah Dzat Yang Maha Esa. Esa dalam arti tidak ada sekutu dengan dia. Konsep islam mengajarkan suatu kalimat “ la illaha illa Allah”. Artinya tidak ada tuhan selain Allah. Kalimat ini dijelaskan dengan firman (Q.S Al – Ikhlas : 1).
Artinya :
katakanlah bahwa Allah itu Esa.
Berdasarkan ayat tersebut, maka jelaslah bahwa konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam islam di kembalikan pada wahyu Allah dan risalah yang terima Rasul . Ke – Esaan menurut konsep ini bukan saja Esa dalam jumlahnya, melainkan Esa dalam segala – galanya. Misalnya Esa dalam wujud-Nya, sifat-Nya dan kehendak-Nya. Tidak ada sekutu bagi Allah dan tidak ada serupa dengan-Nya.
Tuhan dalam falsafah atau idea manusia merupakan imajinasi manusia, karena itu Tuhan disifati sesuai dengan citra manusia . hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al – Mu’minun : 91.
Artinya :
“ Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, ”
Islam menjauhkan sifat tuhan dari citra manusia, karena manusia adalah makhluk (ciptaan) dan setiap makhluk atau ciptaan adalah baru, sedangkan khaliq (pencipta) bukan Dzat yang baru, tetapi qadim (mukhalafatu lil- hawaditsi). Dalam hal ini citra Tuhan yang dikhayalkan oleh manusia,cenderung akan dibumbui dan dicampuri oleh sifat – sifat yang didasarkan kepada pengalaman dan akal manusia,sehingga Tuhan bersifat antropomorfis, karena manusia itu sendiri antroposentris.
Islam sangat menentang yang namanya isyrak atau mempersamakan Tuhan dengan sesuatu ciptaan-Nya atau makhlik-Nya. Dapat di mengerti mengapa dalam kehidupan ketuhanan secara filosofis tidak mewajibkan ibadah atau ketaatan kepada Allah secara menyeluruh dalam kehidupan manusia, yang diwajibkan-Nya, karena eksistensi Tuhan merupakan ide manusia.
Disinilah letak perbedaan dasar hidup sebagai muslim dan sebagai sekuler. Kita mencapai segala sesuatu tidak berdasarkan pemecahan potensi manusia tetapi atas dasar keimanan dan keislaman kepada Allah yang Maha Esa sebagai landasan hidup.
mantaf..!
BalasHapusbisa di tambahin lagi donk...??
biar bisa jadi islam yg muslimah..:D